KEEPJUDGEWEBB - Informasi Seputar Berita Ekonomi Seluruh Negara

Loading

Perbedaan Antara Jenis Pengangguran Friksional dan Struktural di Tingkat 5

Perbedaan Antara Jenis Pengangguran Friksional dan Struktural di Tingkat 5


Pengangguran adalah masalah yang dihadapi oleh banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Dalam bidang ekonomi, terdapat beberapa jenis pengangguran yang perlu dipahami, salah satunya adalah pengangguran friksional dan struktural. Perbedaan antara kedua jenis pengangguran ini sangat penting untuk diketahui agar dapat diatasi dengan cara yang tepat.

Pengangguran friksional terjadi ketika seseorang sedang mencari pekerjaan baru atau sedang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Hal ini biasanya terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara kualifikasi yang dimiliki oleh pencari kerja dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Menurut ekonom Larry Summers, pengangguran friksional adalah hal yang wajar terjadi dalam pasar tenaga kerja yang dinamis.

Di sisi lain, pengangguran struktural terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam suatu industri atau sektor tertentu. Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, atau perubahan regulasi pemerintah. Menurut Ahli Ekonomi David Autor, pengangguran struktural bisa menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan baik.

Penting untuk memahami perbedaan antara pengangguran friksional dan struktural agar dapat merumuskan kebijakan yang tepat dalam mengatasi kedua masalah tersebut. Menurut Profesor Ekonomi Susan Collins, “Pengangguran friksional dapat diatasi dengan meningkatkan keterampilan dan pendidikan para pencari kerja, sedangkan pengangguran struktural memerlukan upaya yang lebih besar dalam merestrukturisasi industri atau sektor tertentu.”

Dalam konteks Indonesia, tingkat pengangguran friksional dan struktural di tingkat 5 masih cukup tinggi. Hal ini menunjukkan perlunya adanya upaya yang lebih serius dari pemerintah dan stakeholders terkait dalam mengatasi kedua masalah tersebut. Dengan pemahaman yang baik tentang perbedaan antara kedua jenis pengangguran ini, diharapkan dapat ditemukan solusi yang tepat untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.